M19News.com |Indramayu,Jawa Barat | Pimpinan Pondok Pesantren Ma’had Al Zaytun Syaykh AS Panji Gumilang berpesan, Indonesia itu harus kuat menghadapi apapun dan ini suatu percontohan terakhir Indonesia baru melihat ada perang satu negara sudah mulai gamang tentang pangan.
Hal ini disampaikan kepada awak media pada saat wawancara langsung di ruangan Mezzanine Masjid Rahmatan Lil ‘alamin Mahad Al-Zaytun pada Sabtu, 30/7/2022 pada saat awak media meliput perayaan mengawali 1 Muharam 1444 H sekaligus mengadakan sesi wawancara dengan pimpinan pondok pesantren Mahad Al Zaytun, usai peringatan 1 Syuro.
Selanjutnya Syaykh Panji Gumilang mengatakan bahwa Indonesia ini seakan-akan bukan sebuah negara yang kuat, mengapa? Karena banyak kehidupan ini masih banyak mengandalkan impor, padahal kalau pertanian rakyat ini ditata dengan sebenar-benarnya artinya diprotek dengan baik tidak ada kekurangan pangan di Indonesia,” ujar Syaykh kepada awak media.
“Dan satu lagi jangan dijadikan bahan non beras ini lebih besar keperluannya dari pada beras, contohnya gandum atau bukan gandum, tapi terigu mestinya bukan itu yang harus diperbesar tapi beras, sehingga tatkala beras ini agak melimpah boleh dikonversi dengan gandum,” lanjutnya.
Seperti itu menata pangan Indonesia tidak akan ada kekurangan lagi, dan dalam perjalanan ke depan bahwa bangsa-bangsa yang menguasai pangannya itulah yang akan survive dan kalau kita masih mengandalkan pangan tadi, negara negara peng-export menengah, naah kita masih dipertanyakan ketangguhan kebangsaan dan kenegaraan kita ini, itu menurut kita ditinjau dari Indonesia harus kuat,” jelasnya.
Disinggung terkait apa? yang disampaikan oleh Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko memberikan warning, bahwa Indonesia dikhawatirkan akan menghadapi kekurangan pangan.
Syaykh menanggapinya, “Pertama, kalau saya (kami) punya pandangan tidak perlu khawatir ditata pertaniannya, Indonesia ini seandainya satu tahun tidak hujan masih punya sungai sebagai sumber, waduk-waduk besar masih banyak dan tidak mungkin di Indonesia tidak hujan selama satu tahun itu.”
“Yang kedua harus sudah berpikir bagaimana menciptakan air laut menjadi air tawar tidak mengandalkan musim hujan saja, sebab apa? ada musim hujan mengeluh kebanjiran dan ada musim kemarau kering ini mesti ditata, kalau banjir mesti disimpan, kemarau difungsikan jadi harus konsen kepada sumber pangan bangsa ini.”
“Tidak perlu dikasih warning macam itu, pemerintah tidak perlu kasih warning apa-apa, tanpa dikasih warning pun petani sudah menata diri bangsa ini, petaninya sudah mengerti, mestinya pemerintah itu memprotek petani supaya tatkala hasil melimpah tidak turun daya beli petani,” urai Syaykh.
Di sisi lain, Syaykh juga menyampaikan tentang green ekonomi, ia katakan kalau green ekonomi tidak boleh ditinggalkan, green tetap evergreen baru masuk ke blue ekonomi, green itu biasanya menghasilkan karbohidrat, kalau blue menghasilkan protein yang paling hebat adalah yang bersumber dari ikan laut.
“Perlu diketahui tidak hanya itu saja, blue ekonomi yang kita lakukan ini mempersiapkan sarana untuk masuk ke laut biru dan mempertahankan Indonesia, kalau di darat ada hansip, dilaut juga harusnya juga ada hansip,” sambungnya.
Siapa hansipnya? kata Syaykh, “yaitu nelayan tidak perlu gembar gembor banyak mencuri ikan, buat perahu yang kokoh kasih pinjaman bank buat modal dengan bunga rendah buat kapal yang kokoh dan kuat,” Tutupnya.(maman)