Jawa Barat

Lokasi Wisata Floating Market Lembang Mulai Menggeliat Ramai Pengunjung

×

Lokasi Wisata Floating Market Lembang Mulai Menggeliat Ramai Pengunjung

Sebarkan artikel ini

M19NEWS, Jawa Barat – Salah satu obyek wisata terkenal di Lembang Bandung adalah Floating Market. Banyak pedangang yang menggantungkan hidupnya di lokasi ini. Hanya saja, selama pandemi terjadi penurunan omset yang dikeluhkan sebagian besar pedagang di sana.

“saya berjualan Empal Gentong khas Cirebon, sebelum pandemi omset kita bisa 5 juta perhari tapi sekarang hanya 1 juta perhari itupun saat libur pekanan dimana banyak pengunjung yang datang kalau hari biasa  lebih sepi, “ ungkap Lisna salah satu pedagang yang ditemui di Pasar Apung tersebut.

Bukan hanya Lisna, Eka pedagang gado-gado dan ketoprak, juga mengeluhkan hal yang sama. Ia mengaku saat libur pekanan bisa mengantongi omset sampai 1,5 juta perhari tapi di hari biasa paling hanya 300 ribu perhari.

Floating market tercatat mengalami penurunan omset hingga 80% karena pembatasan pengunjung.

Floating Market Lembang yang berlokasi di Jalan Grand Hotel No.33E Lembang Kabupaten Bandung Barat ini memang salah satu tujuan wisata yang cukup banyak dikunjungi wisatawan dari dalam atau luar Bandung.

Di lokasi ini terdapat wahana hiburan air yang beragam seperti sepeda air dan sampan.

Intan, selaku Corporate Sekretary Perisai Grup  Wahana wisata, pengelola Floating Market mengatakan, bahwa lokasi wisata ini mulai dibangun pada Desember 2012 dan menyediakan 46 perahu yang dipinjamkan kepada para pedagang. Dengan sistem bagi hasil pengelola Floating Market mendapatkan 28% dari omset para pedagang selebihnya untuk para pedagang.

Setiap 2 pekan, perahu diroling agar setiap pedagang bisa mendapatkan tempat-tempat yang strategis untuk berjualan.

Yang menarik lagi, setiap transaksi belanja di sini menggunakan koin dummy (tiruan) dengan  nomila 5000, 10.000 dan 20.000. koin akrilik ini bisa untuk membeli aneka jajanan nusantara yang tersedia di pasar apung tersebut.

“Sektor Pariwisata adalah yang  paling terkena dampak pandemi Covid-19 karena yang paling pertama ditutup dan yang paling terakhir dibuka kembali, itupun harus melalui Analisa dari banyak pihak dan protokol Kesehatan yang cukup ketat, namun kami tetap terus bertahan walaupun harus sempat kehilangan omset kami,” pungkas Intan. (Ansori)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *