Example 728x250
Sosial  

Merantau dari Madura Modal 40 Ribu, Haji Faizol Sukses Menjadi Pengusaha Beromset Milyaran

M19News, Bekasi – Merantau dari Madura ke Jakarta tanpa tujuan yang jelas, pada awal tahun 2003, Faizol yang berusia 34 tahun hanya membawa uang 40 ribu.

Tiba di Stasiun Jatinegara, Jakarta, Dia bingung mau kemana, keluarga tak punya, belum lagi bekal menipis hanya tersisa uang 20 ribu di kantongnya. Ia hanya pasrah, salat dan berdoa.

Setelah tiga hari hidup tak menentu, Ia bertemu dan berkenalan dengan salah satu pemilik usaha barang bekas. Faizol ditawarkan bekerja di tempatnya di bilangan Pulogebang.

Tak berpikir panjang, Faizol langsung mengiyakan tawaran tersebut kendati hanya sebagai kuli pilah barang bekas atau rongsokan. Upahnya 10 ribu perhari.

Pada Esok hari, setelah mendapat upah pertamanya, Faizol mendatangi si pemilik usaha dan menawarkan diri agar gajinya dikurangi dari 10 ribu menjadi 5 ribu perhari tetapi dengan syarat dia bisa melaksanakan salat tepat waktu.

Permintaannya disetujui dan Faizol kembali bekerja seperti biasa sebagai kuli tukang pilah barang bekas.

Karena hasil pekerjaannya dinilai memuaskan, oleh sang pemilik, Faizol diangkat menjadi Koordinator Lapangan atau korlap dengan upah naik menjadi 15 ribu rupiah.

Baru bekerja selama tiga hari, dengan hak istimewa, membuat dirinya menghadapi masalah baru. Semua teman kerjanya mencibir dan menuduh dirinya sebagai ‘penjilat’. Mereka beranggapan, bagaimana mungkin anak kemarin sore, baru beberapa hari, dia langsung diangkat menjadi kepala dan upah yang juga besar.

Mereka pun bersekongkol mencelakai Faizol. Selepas bekerja, 15 orang berkumpul beberapa di antaranya preman kampung di pintu keluar, hendak mengadang dan mencelakai Faizol.

Dari mereka ada yang membawa golok, celurit dan kayu untuk melukai Faizol.

Faizol bergeming, hanya bisa berdoa dan menyebut . Sambil menghentakkan kakinya ke tanah tiga kali, Ia memberanikan diri keluar.

Tak disangka, sontak para pengadang itu hanya terpaku tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka terpaku dengan senjata masing-masing. Kejadian itu berlangsung sampai pagi.

Itu lah sedikit cerita Faizol saat ditemui di rumahnya sekaligus lokasi usahanya di bilangan Jatibening pada awal Februari 2022.

Kini, pria yang kerap dipanggil Pa Haji Faizol ini sudah berusia 53 tahun dan menjadi juragan di di daerahnya. Ia memiliki Toko Bangunan besar, properti tanah di beberapa tempat, puluhan rumah dan ruko yang disewakan.

Dari yang tadinya bermodal nol, dan juga bukan berasal dari kelurga kaya, namun Haji Faizol mampu membuktikan sebuah kekuatan spiritual dan tekad, serta kegigihan yang bisa membuahkan hasil.

Satu pesan yang tak kalah penting dari Hai Faizol, adalah kejujuran, saat berusaha dan bergaul dengan sesama.

“Yang kita benar, harus jujur. Saya ingat Almarhumah ibu saya, nak bapak dan ibu nggak ada yang diwariskan ke kamu. Hanya pesannya, jujur kalau dimana-mana, kalau janji Senin jangan selasa, salat jangan lupa,” tuturnya.

Amalan lainnya, kata Ayah dua orang anak ini, jangan pernah meninggalkan salat lima waktu, dan lakukan tepat waktu. Rutin salat Tahajud dan salat Duha serta membaca Alquran selepas salat Ashar dan Subuh. Itu lah amalan-amalan Haji Faizol.

Apa yang dilaluinya bukan tanpa tantangan, dan pengorbanan. Banyak cibiran, iri dengki dan buruk sangka dari tetangga bahkan dari sesama pemilik usaha bahan bangunan.

Perkembangan pesat usahanya yang sangat pesat dinilai banyak orang sebagai sebuah keanehan.

Bahkan, cerita Faizol, beberapa orang menuduhnya memelihara Jin atau Tuyul. Faizol hanya tersenyum dan tidak mempermasalahkan tuduhan itu.

Santri dari ulama terkenal Madura Syaykh Alawi Muhammad ini tetap pada prinsipnya, tidak pernah buruk sangka kepada orang lain, terus berusaha, berdoa, meningkatkan pelayanan pada pelanggan, dan jujur.

“Kita harus melayani pelanggan dengan baik sopan,” ungkapnya.

“Kalau sudah sukses ingat sedekah kepada anak yatim, fakir miskin,” pesannya.

(Sumarno)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *