Sosial

Membongkar Mitos Romantis: Teknologi dan Media Sosial sebagai Pemicu Penurunan Angka Pernikahan di Indonesia

×

Membongkar Mitos Romantis: Teknologi dan Media Sosial sebagai Pemicu Penurunan Angka Pernikahan di Indonesia

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi Pernikahan (shutterstock.com/g/JunHamid)

Jakarta, 06/05/2024 – Data Statistik Indonesia mencatat, angka pernikahan di Indonesia anjlok pada 2023. Tercatat pada itu hanya ada 1,58 juta pernikahan, angka ini turun 7,51% dibandingkan pada 2022. Angka pernikahan tersebut juga mencetak rekor terendah selama satu dekade terakhir. Padahal, dalam 10 tahun belakangan angka pernikahan nasional sempat mencapai rekor tertinggi, yakni pada 2013 sebanyak 2,21 juta pernikahan. Lalu, sejak tahun 2019 angkanya terus menurun. Adapun provinsi dengan angka pernikahan tertinggi pada 2023 terjadi di Jawa Barat sebanyak 317.715 pernikahan.

Dalam era digital yang semakin maju, perubahan dalam pola perilaku sosial dan budaya menjadi semakin jelas. Salah satu fenomena yang menarik perhatian adalah penurunan angka pernikahan di Indonesia. Sebuah perubahan yang tidak dapat diabaikan ini memiliki keterkaitan yang erat dengan perkembangan teknologi dan penggunaan media sosial yang semakin meluas di kalangan masyarakat. Artikel ini bertujuan untuk menyelidiki dampak teknologi dan media sosial terhadap pandangan masyarakat terhadap pernikahan di Indonesia.

Perkembangan teknologi telah mengubah cara orang berinteraksi dan membentuk hubungan. Dulu, perkenalan dan interaksi sosial seringkali terjadi di lingkungan sosial nyata, tetapi saat ini, internet telah menjadi tempat utama di mana orang bertemu dan berinteraksi. Aplikasi kencan online, jejaring sosial, dan platform pesan instan adalah beberapa contoh teknologi yang telah mengubah lanskap hubungan manusia.

Media sosial memainkan peran besar dalam membentuk pandangan masyarakat terhadap pernikahan. Melalui platform ini, citra pernikahan seringkali dipuja sebagai pencapaian yang membanggakan, tetapi juga diromantisasi secara berlebihan. Foto-foto pernikahan yang sempurna dan narasi tentang kebahagiaan seringkali menjadi bagian dari narasi yang diperlihatkan di media sosial, menciptakan ekspektasi yang tidak realistis tentang apa yang seharusnya dicapai dalam sebuah hubungan.

Pernikahan juga sering digambarkan dalam dunia maya sebagai simbol status sosial dan kesuksesan. Pasangan yang menunjukkan kehidupan yang tampak sempurna dan mewah di media sosial sering dianggap sebagai teladan. Namun, realitas di balik layar seringkali jauh dari gambaran yang ditampilkan, dengan masalah dan konflik yang tidak terlihat.

Fenomena penundaan pernikahan juga dapat dilihat sebagai hasil dari tekanan sosial yang diperkuat oleh media sosial. Banyak individu yang merasa perlu untuk mencapai kesuksesan dalam karir mereka sebelum mempertimbangkan pernikahan. Pilihan untuk menunda pernikahan demi fokus pada pencapaian pribadi menjadi lebih umum, sebagian karena ekspektasi yang ditetapkan oleh norma sosial dan tuntutan karir yang intens.

Perubahan pola konsumsi dan prioritas hidup juga memengaruhi pandangan terhadap pernikahan. Banyak individu muda cenderung mengejar gaya hidup yang lebih mandiri dan bebas, yang mungkin bertentangan dengan konsep tradisional tentang pernikahan dan keluarga. Selain itu, meningkatnya biaya hidup dan persyaratan finansial untuk memulai sebuah keluarga juga dapat menjadi faktor penundaan pernikahan.

Dalam sebuah era di mana teknologi dan media sosial merajai kehidupan sehari-hari, penting bagi kita untuk menyadari dampaknya terhadap pandangan dan perilaku kita, termasuk pandangan terhadap pernikahan. Meskipun teknologi dan media sosial membawa manfaat yang tidak dapat disangkal, kita juga harus mengenali bagaimana pengaruh mereka dapat membentuk ekspektasi yang tidak realistis dan memengaruhi keputusan hidup kita. Mungkin saatnya bagi kita untuk mempertimbangkan kembali nilai-nilai yang benar-benar penting dalam hubungan dan merangkul keseimbangan antara dunia digital dan kehidupan nyata. (ARH)

Nama lengkap : malik haki alalimi
Kelas : 02 SAKM 007
Universitas : PAMULANG

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *