Seni dan Budaya

Antusias Pengunjung, Objek Wisata Lawang Sewu di Buka Kembali

×

Antusias Pengunjung, Objek Wisata Lawang Sewu di Buka Kembali

Sebarkan artikel ini

Mdi19.com, Kota Semarang – Salah satu objek wisata Lawang Sewu Kota Semarang telah dibuka Kembali, semenjak pandemi covid-19 sempat ditutup, Saat ini Kota Semarang berstatus PPKM level 2, untuk pengunjung sudah mulai ramai. Namun pihak pengelola tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes) ketat, seperti pembatasan jumlah pengunjung hanya 50 persen dari kapasitas normal.

Lawang sewu merupakan daya tarik Kota Semarang karena sarat akan sejarah dan juga lokasinya yang strategis, di jalan Pemuda, Sekayu Kec. Semarang tengah Kota Semarang Jawa Tengah.

Lawang sewu sebagai bangunan paling angker, sudah berbenah. Setelah pemugaran dan renovasi yang selesai pada tahun 2011, Lawang Sewu berubah menjadi tempat wisata sejarah. Tidak ada lagi ruangan gelap dengan berbagai penampakan menyeramkan.

Lawang Sewu adalah bangunan indah peninggalan Belanda yang kaya sejarah. Kamu yang ingin berkunjung dan melihat kemegahan Lawang Sewu bisa datang dari pukul 07.00 pagi sampai pukul 21.00 malam. Untuk tiket masuk, pengunjung hanya perlu membayar Rp10.000 untuk dewasa dan Rp5.000 bagi anak-anak.(Tapi sementara waktu tidak diperbolahkan kunjungan untuk Anak-anak).

Salah satu pengunjung, Indah (33) kepada Mdi19.com, menuturkan, “Kami (red) berkunjung ke Lawang Sewu bisa merasakan betapa luar biasanya Sejarah Bangsa kita, khususnya di Kota Semarang dengan adanya sebuah Gedung Peninggalan Belanda, bersama teman-teman kita menyempatkan diri untuk ke Lawang Sewu untuk mengenal dan memahami begitu penting pengetahuan tentang sejarah, “tutur indah, Sabtu (16/10/2021).

Menurut Indah, “Beberapa tahun lalu, gedung ini sangat populer terutama di kalangan warga kota Semarang. Bukan hanya karena sejarahnya yang panjang, arsitektur khas kolonial, tapi juga karena kisah-kisah seram yang menghantui gedungnya, peninggalan seperti ini harus di lestarikan oleh kita semua, khususnya bagi kita masyarakat kota Semarang, sebagai bukti sejarah masa lalu, ” Ungkapnya.

“Di awal pembangunannya, bangunan ini bernama Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij. Dalam bahasa Jawa, Lawang Sewu artinya seribu pintu.

Namun hanya karena namanya “Lawang Sewu”, bukan berarti gedung ini benar-benar punya seribu pintu. Faktanya, Lawang Sewu hanya memiliki 429 pintu. Tapi sama seperti kebanyakan gedung Belanda lainnya, Lawang Sewu memiliki banyak jendela besar yang jika dilihat dari jauh akan terlihat seperti pintu.,”Cerita Wisnu pemandu wisata kepada awak media.

Disisi lain ia juga membeberkan, “Dulunya, Lawang Sewu merupakan kantor kereta api milik Belanda.

Di masa awal kemerdekaan Indonesia, tidak lantas membuat gedung ini jatuh ke tangan Indonesia. Lawang Sewu justru berubah menjadi medan pertempuran antara pemuda Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) dengan tentara Kempetai dan Kidobutai dalam peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang dari tanggal 14 Oktober sampai 19 Oktober 1945. Karena sejarahnya inilah, pemerintah kota Semarang menetapkan Lawang Sewu sebagai gedung warisan sejarah yang wajib dilindungi, “kata Wisnu.

Ia menambahkan, “Pembangunan kantor administrasi Indische Spoorweg Maatscappij (NIS) dimulai pada tahun 1904 dan selesai tahun 1907. Pembangunan diawali dengan penggalian tanah sedalam 4 meter kemudian menggantinya dengan lapisan vulkanis yang membuat bangunan ini jadi anti gempa.

“Selain jadi kantor, Lawang Sewu juga berfungsi sebagai penjara

Di balik hingar-bingar pekerja perusahaan kereta api, Lawang Sewu juga memiliki sisi kelam yang jauh dari kesan sebuah perkantoran. Selain lantai satu dan dua berfungsi sebagai perkantoran, kantor ini juga memiliki ruang bawah tanah dan lantai tiga.

Lantai tiga berupa loteng dan ruang bawah tanah yang berfungsi sebagai penjara bagi para tahanan di masa penjajahan. Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang, ruang bawah tanah dan loteng ini menjadi penjara paling kejam bagi orang Netherland, “tutup Wisnu.

Hal senada juga disampaikan, Dewi pengunjung lawang sewu, ” merasa happy, tidak merasakan apa-apa,tetapi pada titik tertentu merasa berat, agak takut juga karena di tengah-tengah kota ada bangunan yang tua seperti itu, tapi sekarang mudah-mudahan cerita mistis itu sudah berubah menjadi tempat pariwisata yang di lindungi pemerintah kota semarang, dan tidak menjadi Angker lagi, kita juga di sambut dengan alunan musik jawa yang membuat suasana jadi ramai dan pengunjungnya juga ramai,”Pungkas Dewi.

Reporter : Hanum

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *