Example 728x250

Tumbuh di Dataran Tinggi, Cita Rasa Kopi Arosta Makin Banyak Dicari

Kemasan Kopi Arosta Cakrabuana, hasi produk Kelompok Tani Arosta. Foto: Bandung Terkini.id.
Kemasan Kopi Arosta Cakrabuana, hasi produk Kelompok Tani Arosta. Foto: Bandung Terkini.id.

Mdi19.Com, Sumedang – Kopi adalah jenis minuman yang paling banyak dicari baik robusta maupun arabica.

Kopi Arosta misalnya yang berasal dari gunung Cakrabuana kini  mulai digandrungi oleh para penikmat kopi, khususnya masyarakat sekitar Gunung Cakrabuana itu sendiri.

Pasalnya, kopi Arosta memliki cita rasa yang berbeda dari kopi Arosta yang berasal dari tempat lain.

Tumbuh di Dataran Tinggi, Cita Rasa Kopi Arosta Makin Banyak Dicari. Foto: Bandung terkini.id.
Tumbuh di Dataran Tinggi, Cita Rasa Kopi Arosta Makin Banyak Dicari. Foto: Bandung terkini.id.

Kopi Arosta Cakrabuana ditanam di dataran tinggi sehingga rasa dan aroma sangat jauh berbeda dari pada kopi Arosta yang ditanam di dataran rendah.

Salah satu pengurus Kelompok Tani Arosta Desa Cimungkal, Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang  Yayan Ruhyana atau yang akrab dipanggil Kang Iyan mengatakan, kopi Arosta Cakrabuana ditanam ditempat dataran rendah sehingga soal rasa tak diragukan lagi.

“Jelas sekali rasa kopi yang ada di dataran tinggi dan rendah sangat berbeda, kopi Arosta Cakrabuna ditanam di dataran rendah yang hanya diketinggian 700 – 800 mdpl. Tapi, ada juga yang kami tanam di dataran tinggi,” tuturnya.

Iyan juga menyebutkan, bahwa penamaan kopi Arosta adalah gabungan dari dua nama jenis kopi yang berbeda. Nama Arosta diambil dari dua jenis kopi, yaitu Arabica dan Robusta.

“Dari mulai aroma dan rasanya pun berbeda,” sambungnya.

  • Kemasan Kopi Arosta Cakrabuana, hasi produk Kelompok Tani Arosta. Foto: Bandung Terkini.id.
    Kemasan Kopi Arosta Cakrabuana, hasi produk Kelompok Tani Arosta. Foto: Bandung Terkini.id.

Iyan mengungkapkan asal-usul terbentuknya Kelompok Tani Arosta berawal dari rasa penasaran, dan rumor yang beredar bahwa kopi dari Lereng Gunung Cakrabuana memiliki cita rasa yang berbeda dari kopi tempat lain.

“Sejak itulah saya berpikir bagaimana caranya saya bisa memproses, mengolah biji kopi pasca panen sampai bisa di minum,” kata Iyan bercerita.

Lalu, Iyan pun mengajak beberapa tokoh masyarakat sekitar Gunung Cakrabuana untuk diajak bermusyawarah.

Dari hasi musyawarah tersebut, terbentuklah sebuah Kelompok Tani Arosta yang dikukuhkan oleh Kepala Desa Cimungkal, dan langsung mendapatkan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dari dinas pertanian Kabupaten Sumedang.

Satu buah mesin roasting bantuan dari dinas pertanian kabupaten Sumedang. Foto: Bandung terkini.id.
Satu buah mesin roasting bantuan dari dinas pertanian kabupaten Sumedang. Foto: Bandung terkini.id.

“Maka, pada tanggal 17 November 2018 dibentuklah Kelompok Tani Arosta,” jelas Iyan.

Kini, kelompok tani Arosta telah mendapatkan dukungan dari dinas Pertanian Kabupaten Sumedang berupa, peralatan yang bisa menunjang kemajuan Kelompok Tani Arosta dalam memajukan usaha pertanian mereka.

“Satu unit mesin “roasting” untuk menyangrai kopi berkapasitas 1.200 Gram. Satu unit “grinder” alat penghalus biji kopi setelah di roasting atau kita kenal “roasbean” dan perlengkapan, peralatan  penyeduh kopi,” pungkasnya.

Menurut Iyan, budidaya kopi di gunung Gunung Cakra Buana kini telah mendapat respon positif dari sejumlah kalangan penikmat kopi.

“Respon masyarakat luas sangat positif khususnya oleh para pencinta kopi, sudah banyak dikirim ke sejumlah wilayah di dalam dan keluar Jawa Barat,” pungkasnya.

Reporter Arman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *